Ada dua pertanyaan yang sering ditanyakan kepada Ibu hamil? Yang pertama adalah “hamil berapa bulan?” Yang kedua adalah “Perempuan atau laki-laki?”
Biasanya, pertanyaan tersebut diikuti dengan asumsi. Bila sudah memiliki anak, orang yang bertanya akan berharap atau menebak kehamilan kali ini akan memberikan anak dengan jenis kelamin berbeda. Contohnya, aku punya dua anak perempuan, semua orang berasumsi bahwa untuk kehamilan selanjutnya ingin anak laki-laki. Biasanya ditambah dengan embel-embel, “Biar lengkap ada sepasang,” atau “Biar papanya punya teman main.” Benar tidak, Ma? Begitu pula sebaliknya. Bila anak (-anak) sebelumnya laki-laki, asumsinya adalah kali ini Ibu mendambakan anak perempuan.
Yang menarik adalah ketika mama hamil anak pertama. Rasanya semua orang jadi punya teori tersendiri jenis kelamin apa yang paling ideal menjadi si Sulung. “Anak pertama enaknya perempuan, karena akan lebih ngemong adik-adiknya,” atau “Lebih enak punya anak laki karena bisa jagain Ibunya.”
Apapun teori, asumsi atau dambaan pribadi Ibu dan Ayah, sah-sah saja kok. Karena aku yakin, yang paling penting adalah anak lahir dan tumbuh sehat, apapun jenis kelaminnya.
Karena itu, tidak ada salahnya kalau Ibu dan Ayah ingin memrogram kehamilan agar mendapat anak dengan jenis kelamin tertentu. Secara garis besar ada dua cara yang bisa ditempuh, yaitu alamiah dan medis.
Alamiah dilakukan dengan mengatur banyak hal seputar gaya hidup, seperti mengatur makanan, waktu pembuahan, posisi berhubungan, dan lain-lain. Tetapi seringkali adalah mitos atau tidak terbukti tingkat keberhasilannya, karena bila diteliti secara ilmiah, tidak ada sangkut pautnya dengan jenis kelamin janin.
Cara kedua adalah dengan bantuan medis, yaitu ikut program inseminasi buatan atau program bayi tabung (in vitro fertilization). Pada metode bayi tabung, sel telur dipertemukan dengan sperma di luar rahim. Baik inseminasi buatan maupun bayi tabung, dokter dapat memilih sperma untuk menentukan jenis kelamin janin. Jika yang diinginkan adalah bayi perempuan maka yang dipilih oleh dokter adalah sperma berkromosom X. Jika sebaliknya maka yang dipilih adalah sperma berkromosom Y.
Namun, pemilihan jenis kelamin melalui cara-cara medis tidak diizinkan di Indonesia–dan di banyak negara lain–karena alasan etika. Bahkan di AS, pemilihan jenis kelamin umumnya tidak diperbolehkan jika pasangan suami-istri baru mencoba punya anak pertama. Pasangan yang ikut program inseminasi buatan atau bayi tabung, biasanya adalah pasangan yang sudah lama tidak punya anak. Walhasil, bagi mereka, jenis kelamin bayi bukan sesuatu yang penting. Apa yang aku tulis di sini, hanyalah untuk pengetahuan Ibu dan Ayah.
Pengetahuan mengenai jenis kromosom yang dibawa sperma tetap dapat bermanfaat untuk membantu Ibu menentukan jenis kelamin bayi, bukan dengan cara medis tapi dengan cara alami.
Ibu perlu tahu bahwa sperma X itu berenangnya lebih lambat tetapi daya tahannya lebih panjang dibanding sperma Y yang berenang lebih cepat tetapi usianya lebih pendek. Selain itu, sperma X diketahui lebih bertahan dalam kondisi asam sementara sperma Y dalam kondisi basa. Untuk menghasilkan kehamilan, kromosom pembawa sel kelamin harus bertemu sel telur yang matang agar terjadi pembuahan.
Berdasarkan pengetahuan ini, Ibu Ayah dapat melakukan metode perencanaan jenis kelamin berdasarkan sifat sperma dan waktu pembuahan. Jika hubungan seksual dilakukan pada masa subur, saat sel telur sudah matang, kemungkinan bayi yang akan lahir adalah bayi laki-laki. Sedangkan jika hubungan seksual terjadi di luar masa subur, maka kromosom X akan bertahan hingga sel telur matang dan terjadi pembuahan. Maka jika hubungan seksual dilakukan di luar masa subur maka anak yang akan dilahirkan kemungkinan besar perempuan.
Kendala utama metode ini adalah terjadi kesalahan perhitungan masa subur. Metode ini juga tidak cocok untuk Ibu yang memiliki siklus haid tidak teratur.
Agar probabilitas lebih tinggi, Ibu dapat meminta bantuan dokter untuk menghitung masa subur. Bahkan dokter dapat memberikan perkiraan waktu rinci hingga ke jam. Tapi syaratnya Ibu harus menjaga kesehatan tubuh dengan makanan bernutrisi (khususnya asam folat untuk mempersiapkan rahim), istirahat yang cukup dan tetap berolahraga (low impact). Olahraga akan membantu memperlancar peredaran darah ke seluruh tubuh, termasuk ke organ reproduksi.
Ayah juga harus menjaga kesehatan. Ayah sehat, sperma sehat! Kurangi atau lebih baik hentikan merokok, hindari lingkungan yang penuh dengan asap rokok, kurangi minum kopi (Ibu juga ya), hindari obat-obatan, konsumsi makanan sehat dengan banyak mikronutrisi seperti zink, vitamin B, D, E, dan yang tidak kalah penting: kurangi stress!
Kadang Ibu dan Ayah tidak menyadari bahwa pertanyaan seperti “kapan hamil?” dan sejenisnya dapat mengakibatkan pikiran menjadi stress. Stres dapat memengaruhi tingkat kesuburan. Bahkan, jika terus dibiarkan, stres berkepanjangan dapat mengakibatkan Ibu memproduksi sel telur yang gugur sebelum matang atau Ayah memproduksi sperma dengan kualitas tidak optimal.
Aku tahu ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.Tapi cobalah untuk lebih rileks menghadapi program kehamilan. Sibukkan diri dengan aktivitas bersama suami, seperti olahraga bersama. Diskusikan juga dengan santai mengenai program hamil anak lelaki atau perempuan, sehingga saat berhubungan rasanya tidak seperti tengah melakukan “tugas negara.”
Humor adalah obat paling ampuh dalam situasi seperti ini. Hadapi dengan penuh canda tawa program kehamilan dengan penentuan jenis kelamin. Layaknya peribahas, “pucuk dicinta ulam tiba”, justru di saat sedang santai, eh terjadilah kehamilan.
Untuk mempermudah teori jenis kelamin, aku sudah merangkum tabel berdasarkan teori-teori yang ada. Selamat mencoba!
Sedikit himbauan, bagi Ibu yang belum dikarunai kehamilan padahal telah lama mencoba, sebaiknya tidak melakukan metode pilih jenis kelamin karena mempersempit peluang untuk hamil. Sementara bagi Ibu dan Ayah yang gagal mendapatkan jenis kelamin sesuai harapan, terima saja titipan Tuhan itu. Percayalah Tuhan sudah memberikan yang terbaik untuk kita.
Anak Laki | Anak Perempuan | |
Sel telur | Kromosom X | Kromosom X |
Sperma | Kromosom Y | Kromosom X |
Telur Yang dibuahi | Kromosom XY | Kromosom XX |
Sifat sperma (penelitian Shettles) | - Ukuran sperma lebih kecil, - daya hidup lemah, - bergerak lebih cepat (agresif.) | - Ukuran lebih besar, - daya hidup kuat. - bergerak lebih lamban. |
Makanan | Makanan yang mengandung mineral kalium dan natrium (misal ikan, teh, kopi)
| Makanan yang mengandung mineral kalsium, magnesium, potassium (misal kacang-kacangan) |
Makan buah | Makan sayur | |
Makan daging | Minum susu | |
Makanan asin | Makan coklat | |
makanan berkalori tinggi | Makanan berkalori rendah | |
makan pagi teratur | Skip makan pagi | |
Posisi seks | Posisi dengan penetrasi penis yang dalam | Posisi dengan penetrasi penis yang tidak terlalu dalam |
Posisi penetrasi dari belakang (doggy style) | Posisi Ayah di atas (missionary) | |
Orgasme | Ibu orgasme dulu | Ibu jangan orgasme |
Waktu | Berhubungan mendekati atau tepat masa subur/ovulasi | Berhubungan sekitar 3 hari sebelum ovulasi |
Ph daerah kewanitaan | Kondisi basa atau alkali | Kondisi asam |
Kondisi testis | Ayah mengenakan celana longgar dan menjaga suhu di celana lebih rendah/adem | Ayah mandi air hangat sebelum berhubungan intim |
aku mau nanya, mitos atau fakta klo jenis kelamin bisa ditentukan dari bentuk perut si ibu ??
terima kasih
Berikan komentar Mama,
Silahkan Log in atau register untuk memberikan komentar
Berikan komentar Mama,
Silahkan Log in atau register untuk memberikan komentar